Bersamamu, tak pernah
terpikirkan, tak pernah terlintas. Apapun yang terjadi hingga hari ini adalah
sesuatu yang jauh di luar rencanaku, jauh di luar dugaku dan jauh dari yang bisa
aku bayangkan. Jika pun semuanya usai, karena tidak ada lagi yang bisa membuat
kita bertahan, aku tidak akan menahan apapun. Tidak akan.
Kita hanya perlu
menyesuaikan diri untuk kembali seperti semula. Seperti dua orang asing yang
tak sengaja terpaut benang yang tiba-tiba mengait ujung kelingking kita.
Bukankah akan lebih mudah melepaskannya karena yang terikat hanya ujung jari
saja. Kita hanya perlu berhenti saling peduli, ah tidak, kita sudah
melakukannya. Tidak seperti yang kita bayangkan, kita cukup berhenti saling melihat
I dan tak lagi saling menyebut nama. Seperti kabut-kabut asap ini yang
dilenyapkan air hujan yang sengaja diturunkan. Hilang tanpa jejak lagi, tak ada
lagi yang tersisa.
Mungkin awalnya
akan terasa sesak. Aku beri tahu padamu, it’s
okay not to be okay. Kadang-kadang memang pahit mengikuti kata hati. Hanya
perlu sedikit waktu sampai kita terbiasa bernafas lancar lagi seperti biasa.
Aku tanya
padamu, apa gunanya kebersamaan saat dalam kesendirian ternyata lebih
melegakan? Apa lagi yang harus kita paksakan, tidak ada. Daripada kita mati
kehabisan oksigen hanya karena ujung jari yang terikat, bukankan lebih baik
membebaskan diri? Jari ini sudah mati rasa terpaut sekian lama, membebat
sejumlah arteri kapiler yang lama-lama akan membuatnya mati.Melepaskan semuanya,
bahkan cerita-cerita yang kita karang saat mengaitkan jemari di bawah temaram
bulan, harus kita buang.
Kau
tau, api sudah mengabukan semuanya, termasuk kita. Hanya akan ada, kau dan aku.
Tentu saja akan kita relakan melodi-melodi yang sempat terlantun di malam-malam
sebelum kantuk menggelayut mata. Saatnya membiarkan hujan untuk menghanyutkan.
-sejenak setelah kabut sirna dari
Pekanbaru-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar