Total Tayangan Halaman

Rabu, 01 Juni 2011

Dedicated to My Beloved Sista

Hari ini adikku merayakan ulang tahunnya ke-15. Dalam beberapa hari ke depan, aku juga akan menggenapi usiaku menjadi 22, angka yang unik, dibalik pun, angkanya tetap 22. Tujuh tahun kurang 4 hari, itulah rentang usia kami. Belum lagi karena aku masuk SD umur 5 tahun, jarak jenjang sekolah kami menjadi semakin jauh. Dia baru saja menyelesaikan ujian akhir di sekolah menengah pertamanya pada tahun ini. Aku sebentar lagi menyelesaikan pendidikan Strata-1, insya Allah secepatnya.

Sejak kecil, dia adalah fans setiaku, nguntiiiiiiiiiiiiit kemana-mana, ngekooooooooorrrrrrr dimanapun aku ada. Tidak peduli betapa jahat dan usilnya aku padanya. Bukan sekali dua kali aku sengaja menabraknya sampai kami jatuh berdua, atau hanya dia yang terjatuh atau benda kesayangannya rusak. Herannya, dia jarang membalasku, sekalinya dia balas dendam, pasti sangat menyakitkan, misalnya mencubit tiba-tiba, memukul dengan gagang sapu dan aksi pencak silat lainnya. Dan yang tidak kalah menyebalkan, kalau aku di posisi “penjahat”, selalu ketahuan kalau aku sengaja dan dimarahi habis-habisan. Sedangkan kalau dia yang jadi “penjahat”, tidak ada yang bereaksi. Tapi semua itu hanya kami lakukan di masa lalu, mungkin 10 tahun yang lalu, entahlah. Terakhir bertemu dengannya, tahun lalu kami tidak banyak membuat keributan, hanya main pedang-pedangan dari gagang sapu dan gagang pel atau tendang2an di tangga, kadang-kadang di tempat tidur juga. Salahnya sendiri, kalau aku di rumah, siapa suruh ikut tidur di kamarku. Salahku juga, tidak pernah mau kalah.

Tidak cukup mengikutiku secara fisik, hampir semua yang kulakukan pun adalah salah satu referensinya. Padahal kadang aku berpikir, what is so great about me as the older sister for her ? I didn’t do that well. I made so many mistakes in my life. Sejauh ini, sekolah yang dimasukinya adalah almamaterku dulu. Sekarang pun dia masih berencana untuk masuk ke SMA ku dulu. Belum lagi tata kamarnya, persis kamarku saat masih sekolah dulu, penuh dengan poster di dinding. Hal seperti itupun dia ikuti. Tidak gampang memang jadi anak pertama, apalagi dengan adik-adik yang jauh jaraknya. Aku masih menikmati masa-masa menjadi anak tunggal, sampai sekarang bahkan. Sedikit saja berbuat kesalahan atau mengambil keputusan yang salah, langsung terlintas adikku, apa dia juga akan seperti ini ? bagaimana kalau dia tahu bahwa aku tidak sebaik yang dia kira ?

Dalam beberapa hal, anak ingusan yang masih 15 tahun itu pun bisa bersikap lebih dewasa daripada aku. Apalagi anak sekarang cepat dewasa, berdiri di sampingnya membuatku merasa bahwa jarak kami hanya 2 tahun. Dia tidak pernah bilang secara langsung bahwa dia ingin berada di posisiku, tapi kadang-kadang kata-katanya mengisyaratkan seperti itu. Di sisi lain, aku tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau aku yang berada di sisinya. Dalam hal apapun, bukan aku yang mengalah, tapi justru dia. Anak sulung boleh saja kuat, tapi egonya bisa mengalahkan kekuatan tersebut. Adikku yang manis, rela memakai bajuku yang sudah tidak terpakai atau warisan apapun dariku. Aku? Jangan ditanya, sejak masih SD pun, aku tidak pernah mau memakai buku pelajaran bekas, aku akan meminta dibelikan buku baru walaupun harganya lebih mahal. Alasanku hanya satu, tidak suka melihat bekas coretan orang lain atau bekas lipatan di buku. Mungkin sombong, tapi sampai sekarang pun prinsip itu masih berlaku. Aku merawat buku seperti mereka bernyawa, jadi buku bekasku pasti masih bagus dan tidak bisa menikmati buku yang kusut. Tidak tahu kalau baju, yang jelas adikku masih mau memakainya. TT TT

Apa hebatnya jadi anak sulung, aku tidak tahu. Tapi karena hidup ini adalah tentang melihat “rumput tetangga yang selalu jauh lebih hijau”, aku ingin sekali jadi anak kedua atau ketiga. Ingin juga rasanya punya kakak, walaupun kakak yang sikapnya buruk seperti aku. Di posisi sekarang pun, adikku sudah bisa menjadi kakak sekaligus adik. Setiap aku pulang, kadang dia merelakan jam sekolahnya untuk menjemput atau sekedar mengantarku. Tidak bisa kuhitung satu-satu betapa dia telah menyelamatkanku dalam banyak waktu. Rasanya masih banyak kebaikannya yang belum bisa kubalas. Sista, you are doing your best, more than I do, hope you will be better than me in everything. Forgive me for anything that I have done. Sebagian kata-kata itu adalah miliknya, tapi sebenarnya kata-kata itu lebih pantas kutujukan untuknya. Aku berterima kasih padanya untuk beberapa langkahku yang ditapakinya, sekaligus khawatir siang malam karena banyak jejak burukku yang dia belum tahu.

Ah, really..Nadya, really really love you. In our home now, you are replacing me as an eldest, but technically you replaced me since a few years ago. Don’t know what I wanna say, just feel ashame, because in my thought you are so great sister that I ever have but I can’t do something good in return. I can’t even breathe easily. It’s not relief till I prove that I able to act as your older sister as well. So, let’s moving forward from now on, never look back to the bad things we (I) did, just gain strength to be better than yesterday.

Jogja, May 29th 2011

The special moment to my sister; sorry, I never become a special person to you..

Huwaaaaaaaa,,,,,,,mewek aku.......

published also in :

facebook.com/yunriska.rona

Tidak ada komentar:

Posting Komentar